ME

ME

Jumat, 19 November 2010

JANGANLAH KAU INGKARI KODRATMU

JANGANLAH KAU INGKARI KODRATMU
By : Afrizal Azhari
Karena ada tugas wawancara orang Eropa dari Dosenku, Pak Agus Nicolase (Bahasa Inggris), pada tanggal 05 November 2010 aku jalan-jalan ke Jalan Jaksa. Berharap bertemu orang asing dan bisa mewawancarai mereka. Jam 15.00 dengan di iringi gerimis hujan aku pun berangkat naik motor kreditan punyaku. Karena jalan macet, hampir 2 jam aku baru sampai di jalan Jaksa.
Sesampainya di jalan Jaksa aku makan dulu, karena dari pagi aku belum makan. Setelah selesai makan aku langsung hunting bule buat di wawancara, dan setelah hampir 1 jam jalan-jalan akhirnya aku dapat juga bulenya, dia orang Inggris. Dia cerita kalau Indonesia adalah negara yang menyenangkan, banyak hal-hal menarik di Indonesia yang tidak ada di Negara asalnya, Inggris.
Setelah selesai wawancara orang Inggris itu aku jalan-jalan cari bule lagi. Dan ketika aku masih cari bule, aku ga sengaja liat 2 orang jalan dari arah berlawanan. Sekilas aku perhatikan ada yang aneh dari mereka, dan ternyata setelah mereka mendekat benar saja dugaanku, bahwa mereka adalah waria. Mereka sepertinya berniat mencari uang dengan cara mengamen.
Seketika saat itu juga timbul ide aneh di kepalaku. Aku berpikir seru juga kalau aku wawancara mereka, aku ingin tahu sebenarnya apa yang membuat mereka bisa menjadi seorang waria. Apa mereka memang punya kelainan seksual dengan menyukai sesama jenis atau ada motivasi-motivasi lain yang mendorong mereka menjadi seorang waria. Dan kenapa juga mereka rela mengamen dari tempat satu ke tempat lain.
Dengan perasaan lucu aku mendekati mereka, ketika aku sampai di samping mereka aku langsung mengenalkan diriku kepada mereka. Aku mengaku bahwa saya punya tugas dari kampus untuk mewawancarai waria. Dan Aku mengaku sebagai seorang mahasiswa dari fakultas Psikologi, aku tidak berani mengaku sebagai mahasiswa Ilmu Komputer, karena kalau aku bilang begitu, tentu bakal jadi aneh di telinga mereka. Kenapa juga seorang mahasiswa Ilmu Komputer wawancara banci, bisa jadi mereka ga percaya dan akhirnya pun mereka ga mau.
Awalnya mereka seperti agak tidak percaya dengan kata-kataku. Mereka malu kalau di wanwancarai, mereka mengelak dan menyarankan ku pergi ke kampung banci saja, kalau aku memang berniat mewawancarai waria alias banci. Mereka beralasan mereka masih harus mengamen untuk mencari nafkah agar mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga mereka. Melihat alasan mereka seperti itu aku langsung menawarkan mereka kompensasi, kalau mereka bersedia aku wawancarai, mereka akan mendapatkan uang Rp30.000 sebagai imbalan karena mereka telah mau aku wawancara. Dan setelah mereka mendengar tawaran itu, mereka langsung menyanggupi untuk di wawancara.
 Hampir selama 30 menit aku wawancara mereka, berbagai pertanyaan aku tanyakan kepada mereka, mulai dari yang ringan-ringan sampai yang serius. Dari wawancara tadi dapat  disimpulkan bahwa mereka menjadi waria selain karena mereka merasa lebih nyaman menjadi seorang wanita, mereka juga terdorong oleh faktor pergaulan mereka dan karena faktor ekonomi, dengan menjadi waria dan mengamen, mereka beranggapan bahwa mereka lebih mudah mencari uang. Yang paling seru ketika aku tanya mereka masalah orientasi seks mereka, mereka menjawab mereka sekarang lebih menyukai seorang laki-laki.
Setelah sudah habis pertanyaan-pertanyaan tentang mereka di kepalaku, aku sudahi saja wawancaraku dengan mereka. Setelah selesai aku berterima kasih kepada mereka karena telah mau meluangkan waktu untuk diwawancara olehku, walau harus dengan imbalan uang sebesar Rp30.000. setelah menerima uang mereka langsung pergi untuk kembali mengamen, mencari uang agar mereka bisa terus melanjutkan hidup.
Sehabis wawancara dengan mereka, aku berharap bahwa mereka suatu saat bisa bertaubat dan kembali ke kodrat mereka yang sebenarnya, sebagai seorang laki-laki. Karena aku tahu bahwa dalam agama Islam, menjadi seorang waria atau menyukai sesama jenis adalah haram hukumnya dan itu adalah sebuah dosa. Dalam Al-Qur’an Islam menjelaskan bahwa Allah melarang manusia untuk berdandan seperti lawan jenis mereka apalagi menyukai sesama jenis. Ketika manusia di ciptakan, mereka sudah mempunyai kodrat masing-masing, entah sebagai perempuan ataupun laki-laki. Allah pun telah mencontohkan kaum nabi Luth sebagai pelajaran dan peringatan kepada manusia untuk tidak menyukai sesama jenis. Seperti di ketehui bahwa kaum nabi Luth di beri azab oleh Allah karena telah menyukai sesama jenis.
Menurut aku pemerintah juga harus ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam masyarakat, termasuk masalah kelainan orientasi seksual. Selain bertentangan dengan agama masalah waria juga bisa menimbulkan masalah-masalah dalam masyarakat, seperti kemungkinan timbulnya konflik antara masyarakat yang menentang waria dengan para waria, karena sebagaian besar masyarakat di negara kita tidak menerima mereka dan bahkan ada yang menganggap waria sebagai penyakit masyarakat. Pemerintah harus aktif membuat program-program bimbingan untuk menyadarkan mereka kembali. Sosialisasi-sosialisasi pusat-pusat lokalisasi waria perlu dilakukan agar mereka tersadar dari kesalahan mereka.        

Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran yang melarang manusia menyukai sesama jenis:

Al Quran : (7) Al A’raaf : Ayat 81
 "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. 7:81)"
Al Quran : (27) An Naml : Ayat 55
    “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”. (QS. 27:55)

Al Quran : (23) Al Mu’minuun : Ayat 7
    Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS 23:7)

Al Quran : (29) Al ‘Ankabuut : Ayat 28
    Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu”. (QS. 29:28)

warga negara, masyarakat, dan negara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar