PENDAKI YANG MEMILIKI JIWA MUDA DAN CINTA AKAN ALAM DAN TANAH AIRNYA.
“ TIPS MENDAKI ”
OLEH: AFRIZAL AZHARI
Suatu hari kawan saya mengajak jalan-jalan menuju kawasan Cibodas, Puncak. Warung sekaligus basecamp untuk para pendaki Gunung Gede-pangrango penuh sesak pada hari jum’at malam tanggal 12 November 2010. Menyenangkan bercanda gurau dengan pendaki yang baru saya kenal, mereka terbuka dalam segala hal termasuk bercandaan yang sedikit menyinggung pornografi. Hehehehe, lucu sekaligus bahagia dengan sekumpulan orang-orang yang mengklaim diri mereka pencinta alam.
Corat-coret nama pendaki secara individu, grup pendaki mapala atau apalah mereka sebut, foto-foto pribadi, hingga KTP usang dan Kartu pemilih hadiah dari KPU terpampang pada dinding triplek yang direlakan oleh “Abah IDI “ untuk media kenang-kenangan para pelancong di tempat beliau mencari nafkah. Senyum Mang Idi sangat unik, terlihat ikhlas tetapi merasa canggung ketika ada rombongan lain yang ingin masuk ketempatnya.
Kawasan Taman Nasional Gede Pangrango cukup ramai pada malam menjelang hari libur, dingin menjadi hal yang biasa dan tidak terasa karena kesesakan pengunjung dalam satu tempat. Riuh penuh canda tawa dan kebulan asap rokok dari berbagai jenis rokok pendaki. Beberapa hal yang saya kutip dari pembicaraan pendaki sangatlah unik, diantaranya pernyataan dari pendaki yang berucap bahwa kami “benci pecinta alam” nah loh, kenapa demikian? Hei jangan marah dulu bagi yang merasa pecinta alam,hehehehe. Sipencetus kalimat tersebut lalu menambahkan beberapa kalimat yang sangatlah saya setujui dan tambahan bagi para pencinta alam yang mendengarnya.
Kenapa saya benci pecinta alam? Mendaki saja pada dasarnya sudah sedikitnya merubah tatanan tanah, apalagi kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan oleh para pendaki bisa saja membuat takut para hewan-hewan yang hidup dihutan. Bisa dikatakan bahwa ruang lingkup habitat hewan-hewan hutan akan terganggu. Apalagi sampah yang tertinggal di wilayah jalur pendaki akan menjadi polusi bagi ekosistem hutan Taman Nasional Gede Pangrango. Terus kenapa saya mendaki?
Naaah ini dia pertanyaan balasan dari saya untuk pencetus kalimat kontroversi tersebut. Sebelum menjawab, senyum malu terlintas dari wajah pendaki yang mau disebut pacil. Jadi gini mas, kenapa saya mau mendaki? Karena saya ini penikmat alam sekaligus memiliki jiwa penjelajah. Maksud saya mendaki karena ziarah, kawan saya pernah wafat di gunung ini. Selain itu saya membawa pupuk kandang untuk saya sebarkan di dekat tempat kawan saya ditemukan Tim SAR. Sebaiknya si kita bawa bibit tanaman yang bisa hidup di vegetasi hutan ini. Tapi kita ga sempet beli tadi. Jadi hanya pupuk organik yang mampu kita beli untuk kesuburan tanaman nantinya.
Inilah kedewasaan luar biasa yang saya temukan dikalangan para pendaki, bair dikeritik pedas tetapi tidak ada sedikitpun rasa marah atau pun benci. Yang ada hanyalah senyum hangat dan hausnya penjelasan untuk mufakat. Opz maksud saya musyawarah untuk mufakat.
Para pendaki yang saya temui di warung Kang Idi sangatlah beragam, saya masih berumur 22 tahun, yang berucap benci pencinta alam baru saja lulus SMA dan masuk kuliah di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, hei bagaimana kawan kita yang menjadi pendengar? Menurut pengakuan umurnya sudah 35 tahun dan mempunyai 3 orang putri, saya kira akan ada pertumpahan darah ketika kita berdebat mengenai “banci pecinta alam”. Saya salah, dan kedewasaan inilah yang saya ingin lihat pula di Televisi. Racun ketika saya lihat tawuaran antara mahasiswa, limbah ketika saya lihat tawuran antara suporter sepak bola, kuman ketika ada tayangan adegan syur artis ternama, dan polusi ketika melihat pelaku korupsi bisa jalan-jalan ke Bali.
Namanya juga pemuda, bangga dengan hal-hal yang kita anggap benar dan senang dengan hal-hal yang baru “kata om yang sudah 35 tahun dan dikaruniai 3 orang putri”. Kaya saya dong, biar tua tapi jiwa saya masih muda dan terbuka akan pembaharuan positif, sekaligus benci akan hal-hal pemikiran yang kerdil yang membuat citra bangsa kita bar-bar.
Kemudian bagaimana sebaiknya kita sebagai pemuda yang menjadi tulang punggung bangsa? Berceritalah om 3 orang putri ini kepada kita yang beliau anggap pemudanya-pemuda atau pemuda sesungguhnya. Hal-hal yang perlu dimiliki oleh para pemuda diantaranya pandai akan memilih kegiatan penunjang kehidupan seperti menjauhkan diri dari penggunaan narkoba dan minuman beralkohol. Cerdas akan pemikiran yang luas dan mampu menyaring semua informasi yang diterima serta tidak mudah menjadi bodoh karena provokasi negatif. Pintar menjadi seseorang karena mau dan mampu meluangkan waktunya berfikir positif, belajar, dan berjalan atas rihdo Tuhan Yang Maha Esa. Terakhir adalah berkarya sesuai nilai-nilai budi luhur yang sesuai norma budaya bangsa kita.
Hemmm, banyak deh artinya jika kita pikirkan kembali. Ucapan-ucapan Om 35 tahun memang perlu kita renungkan sebagai acuan hidup dan patokan cerminan pemuda yang saya kira kebanyakan sudah luntur nilai-nilai luhurnya. Saya bangga menjadi apa adanya sekarang, tinggal menjadi diri sendiri yang cinta tanah air dan budaya luhur yang sudah ada sejak buyut saya ada.
Nah untuk kalian yang memiliki hobi mendaki dan ingin melakukan perjalanan silakan baca dan print naskah dibawah ini
Mendaki Gunung
Mendaki gunung merupakan bentuk latihan yang sangat baik. Hal ini dapat berbahaya, tentu saja, menggairahkan, benar-benar. menyenangkan, Totally. Namun, sebelum Anda hanya mulai mendaki gunung ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui.
Setiap hari, Anda harus menemukan cara untuk memecahkan masalah Anda dan belajar bagaimana mengubah kesulitan menjadi peluang. Sekarang, Äôs waktu untuk bersantai tubuh Anda sepenuhnya. Tidak untuk melihat film, memancing, berbelanja, mengadakan pesta atau menikmati musik dengan Beats oleh Dr Dre tapi untuk mendaki gunung
Summiting sebuah puncak mengesankan dapat menjadi petualangan yang mengubah hidup, AI tetapi juga dapat membuktikan mematikan bagi mereka yang masuk ke dalam perjalanan mereka sakit dipersiapkan. Jika Anda ingin ke puncak gunung besar untuk pertama kalinya, menyewa pemandu gunung dan mempersiapkan diri secara memadai terlebih dahulu untuk perjalanan yang paling aman.
Jika Anda sudah tahu sedikit tentang Backpacking dan berada di alam terbuka secara umum, itu, Äôs mudah untuk transisi ke gunung dan mulai mengantongi puncak dalam waktu singkat. Hanya ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui.
Pertama, Mempersiapkan mental, Ini mungkin tidak tampak bahwa pendakian akan memerlukan tes mental, seluruh pendakian memang membutuhkan pikiran yang kuat dan sehat. Persiapan mental dapat dicapai dengan berbicara sendiri melalui memanjat Anda, seperti apa yang kaki dan tangan untuk membuat penempatan berikutnya.
Yang kedua, Peregangan dan Mempersiapkan Tubuh, Mempersiapkan mendaki membutuhkan tubuh sehat dan siap, seperti untuk pendakian sangat menuntut dan menekankan. Seorang pendaki merasa siap secara fisik melalui teknik peregangan dan latihan pernapasan dasar bisa lambat. Jika seseorang ingin mengambil persiapan yang paling sebelum mendaki, kita harus melihat ke dalam program latihan, yang dapat membangun kekuatan kaki dan lengan.
Semua persiapan mendasar lainnya, Anda harus menjelaskan itu benar-benar gunung atau adalah bahwa Anda melihat gunung sebelum perjalanan Anda. Perhatikan baik apa yang ada di depan Anda. Mari, Äôs mengatakan Anda memiliki jumlah waktu yang relatif singkat untuk mengadakan pertemuan untuk direktur regional Anda. Tanpa pra-konsepsi pekerjaan Anda adalah sebuah usaha sederhana.
Kita semua tahu lebih mudah untuk bekerja dengan cara kami di seluruh bukit daripada mengatasi puncak itu sendiri. Apakah tujuan mendaki ke puncak atau hanya untuk mendapatkan ke sisi lain? Jika tujuan Anda hanya untuk mendapatkan ke sisi lain kemudian menyesuaikan rencana Anda sesuai. Menghemat energi Anda untuk hal-hal yang memang lebih dekat ke hati Anda. Sekelompok individu dengan tujuan bersama yang sama memiliki kebiasaan menggambar kekuatan luar biasa dan kekuatan dari satu sama lain. Rencanakan perjalanan Anda dengan hati-hati dengan pendaki gunung berpengalaman
Tombak dan merindukan gunung juga klasik kelas bawah, tetapi mereka biasanya sangat ramai selama bulan-bulan musim panas. Tetapi jika Anda ingin mulai serius gunung, Anda akan perlu mengambil panjat tebing. Bahkan gunung-gunung besar seperti Everest terutama kelas 2 dan 3, tapi Anda ingin keterampilan teknis Anda harus batuan padat (pun intended) bila Anda mencapai 20% mendaki yaitu teknis.
Dapatkan serius tentang pelatihan aerobik. Anda perlu kekuatan otot dan stamina untuk menyeret tubuh Anda dan gigi atas gunung, dan otot-otot membutuhkan banyak oksigen. Setiap jenis pelatihan aerobik, apakah itu berjalan, bersepeda, berjalan kaki kuat, mesin berbentuk bulat panjang, dengan stepper tangga atau apa pun, yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk memberikan oksigen ke otot.
Anda telah memutuskan untuk mendaki bukit. Hanya ada satu seumur hidup dan tidak ada waktu untuk menyesal. Nikmati naik Anda. Jika Anda tidak Anda tidak harus benar-benar berada di sana pada awalnya.
Selain itu, air dan makanan berkalori tinggi seperti cokelat, sepatu hiking, mantel tahan air hangat, senter dan film DVD murah jika memungkinkan. Anda juga perlu tambahan satu set petinju dan 2 ekstra pasang kaus kaki. Anda, Äôre akan mengenakan baju dan celana yang sama untuk seluruh ekspedisi.
Author Resource:- Lydia is a proficient writer and webmaster for http://www.eshopwalk.com where she has pieces on Beats by Dr Dre and cheap DVD movies.
PERJALANAN / PENDAKIAN GUNUNG
Mendaki gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar, berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua). Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang. Pada tahun yang sama, perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung mulai lahir, dimulai dengan berdirinya perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI di Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) di Jakarta, diikuti kemudian oleh perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonesia.
JENIS PERJALANAN / PENDAKIAN Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan.
Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi tiga bagian :
1. Hill Walking / Fell Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan khusus yang bersifat teknis.
2. Scrambling
Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal atau relatif landai, kadang-kadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman jalur di lintasan.
3. Climbing
Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik khusus. Peralatan teknis diperlukan sebagai pengaman. Climbing umumnya tidak memakan waktu lebih dari satu hari.
Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Rock Climbing, Pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik pemanjatan dengan menggunakan peralatan khusus.
b. Snow & Ice climbing, Pendakian pada es dan salju.
4. Mountaineering
Merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian di atas. Waktunya bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dll.
KLASIFIKASI PENDAKIAN Tingkat kesulitan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung dari pengembangan teknik-teknik terbaru. Mereka yang sering berlatih akan memiliki tingkat kesulitan / grade yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru berlatih.
Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club) :
1. Kelas 1 : berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking).
2. Kelas 2 : medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling).
3. Kelas 3 : medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi tali pengaman belum diperlukan (climbing).
4. Kelas 4 : kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing).
5. Kelas 5 : rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing).
6. Kelas 6 : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing).
SISTEM PENDAKIAN 1. Himalayan System, adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp, dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan berhasil.
2. Alpine System, adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.
PERSIAPAN BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain:
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.
3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.
(Sumber : Buku Panduan Pedoman Mendaki Gunung & Penjelajahan Rimba/EAT&E – EAST 2003)