ME

ME

Senin, 24 Januari 2011

PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
1.   Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi
Sikap yang negative terhadap sesuatu, disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Tidak ada kejelasan mengenai ciri-ciri kepribadian mana yang membuat seseorang mudah berprasangka. Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensi tinggi, lebih sukar untuk bersikap berprasangka karena orang-orang macam ini bersifat dan bersikap kritis. Tetapi fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam jajaran kaum cendikiawan, juga para pemimpin dan negarawan juga bisa berprasangka.
Dalam kondisi persaingan untuk mencapai akumulasi materiil tertentu, atau untuk meraih status sosial bagi suatu individu atau kelompok social tertentu, pada suatu lingkungan/wilayah dimana norma-norma dan tata hukum dalam kondisi goyah, dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-sehari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tidak dapat dipisahkan.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berperilaku tidak diskriminatif.
A.    Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi
·       Berlatar belakang sejarah.
Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak.
·       Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio – kultural dan situasional.
Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain, atau terhadap kelompok tertentu.
·       Bersumber dari factor kepribadian
Keadaan frustasi dari beberapa orang atau kelompok sosial tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk menimbulkan tingkah laku agresif. Tipe authoritarian personality adalah sebagai ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan bersifat tertutup.
·      Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
Prasangka yang berakar dari hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal.
B.    Daya upaya untuk mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi.
·      Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Upaya pendekatan, rasa kebersamaan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara kelompok ekonomi kuat dengan kelompok masyarakat ekonomi lemah adalah usaha yang sungguh-sungguh bijaksana. Melalui usaha-usaha peningkatan perekonomian yang dilaksanakan melalui program-program. Pemerintah dan melalui usaha kerja sama antara pemilik modal kuat dengan pemilik modal terbatas, diperhitungkan bahwa pemerataan pembangunan dan peningkatan pendapatan perkapita akan meningkat. Sejalan dengan itu diharapkan prasangka dan kesenjangan sosial antara kelompok ekonomi kuat dan kelompok ekonomi lemah lambat laun akan lenyap.
·      Perluasan kesempatan belajar
Perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara Indonesia, dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.
·      Sikap terbuka dan sikap lapang
Perlu diadakan upaya menjalin komunikasi dua arah antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina kesatuan dan persatuan bangsa.

2.   Etnosentrisme
Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai sesuatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas di kenal sebagai Etnosentrisme, yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

Sumber : MKDU, Ilmu Sosial Dasar
Hawantiyoko, Neltje F. Katuuk
Tugas ISD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar